Pilar Update — Surabaya, sebagai salah satu kota besar di Indonesia, kembali menjadi pusat perhatian dunia Nahdlatul Ulama (NU). Baru-baru ini, Rais Aam PBNU KH. Yahya Cholil Staquf atau yang lebih dikenal dengan Gus Yahya, mengadakan pertemuan penting dengan seluruh Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) se-Indonesia di Surabaya. Pertemuan ini menjadi momentum strategis bagi NU untuk membahas berbagai isu keagamaan, sosial, dan pendidikan yang tengah berkembang di tanah air.
Acara yang di gelar di salah satu hotel besar di Surabaya ini menghadirkan Ketua PWNU dari seluruh provinsi, menunjukkan pentingnya sinergi dan komunikasi antar wilayah dalam organisasi terbesar di Indonesia ini. Menurut Gus Yahya, tujuan utama pertemuan ini adalah memperkuat koordinasi antara PBNU dan PWNU agar kebijakan yang di ambil bisa berjalan selaras dengan kebutuhan umat di berbagai daerah.
“NU adalah organisasi yang besar dan heterogen, maka koordinasi menjadi hal yang mutlak agar program-program kita bisa dirasakan manfaatnya oleh masyarakat luas,” ujar Gus Yahya dalam sambutannya.
Ia menekankan bahwa tantangan zaman yang semakin kompleks menuntut NU untuk mampu beradaptasi, baik dalam konteks sosial maupun teknologi. Dengan mengumpulkan para Ketua PWNU, PBNU berharap adanya pertukaran gagasan, pengalaman, dan strategi yang efektif dalam menjalankan program keagamaan maupun sosial. Selain itu, Gus Yahya juga menyinggung soal pentingnya memperkuat moderasi beragama. Dalam beberapa tahun terakhir, isu intoleransi dan radikalisme menjadi perhatian serius di Indonesia. NU, dengan tradisi ahlussunnah wal jamaahnya, selalu menekankan pentingnya menjaga kerukunan antarumat beragama.
“Pertemuan ini juga sebagai forum untuk menguatkan komitmen NU dalam menegakkan moderasi beragama di seluruh wilayah Indonesia,” tambahnya.
Strategi NU dalam Menghadapi Tantangan Zaman
Pertemuan di Surabaya ini tidak hanya bersifat seremonial, tetapi juga di isi dengan berbagai agenda strategis. Salah satu yang menjadi fokus utama adalah penguatan pendidikan pesantren dan lembaga pendidikan NU di tingkat wilayah. Gus Yahya menekankan perlunya modernisasi metode pendidikan tanpa menghilangkan nilai-nilai tradisional NU. Selain pendidikan, isu ekonomi juga menjadi topik pembahasan penting. NU di kenal memiliki banyak lembaga ekonomi berbasis komunitas yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan umat.
Dengan menghadirkan seluruh Ketua PWNU, PBNU berharap dapat menyusun strategi pengembangan ekonomi yang lebih efektif, termasuk penguatan koperasi NU, pengembangan usaha mikro, dan pemberdayaan masyarakat lokal. Acara ini juga menjadi momen untuk mendengar langsung laporan dari tiap PWNU mengenai kondisi wilayah masing-masing, tantangan yang di hadapi, dan program unggulan yang sudah berjalan. Hal ini memungkinkan PBNU untuk menyesuaikan kebijakan dan program yang lebih relevan dengan kebutuhan di lapangan.
Misalnya, beberapa wilayah mengalami kesulitan dalam mengelola lembaga pendidikan, sementara wilayah lain menghadapi tantangan sosial ekonomi yang lebih kompleks. Selain itu, Gus Yahya menekankan pentingnya pemanfaatan teknologi informasi untuk menyebarluaskan pesan-pesan positif NU, memperkuat dakwah, dan menjangkau generasi muda yang semakin akrab dengan dunia digital.
“Kita harus mampu menggunakan teknologi sebagai sarana dakwah yang efektif, tanpa meninggalkan tradisi keilmuan NU yang telah mapan,” ujar Gus Yahya.
Pertemuan ini diakhiri dengan penyusunan beberapa rekomendasi strategis yang akan di jadikan panduan PBNU dan PWNU dalam menghadapi tantangan ke depan. Salah satunya adalah memperkuat kolaborasi antarwilayah dalam program pendidikan, sosial, dan ekonomi. Selain itu, ada juga rencana untuk meningkatkan kapasitas pengurus di tingkat wilayah melalui pelatihan dan seminar berkala.
Dengan di gelarnya pertemuan ini, NU menunjukkan komitmennya untuk tetap relevan dan adaptif dalam menghadapi di namika zaman, sambil tetap menjaga nilai-nilai tradisional dan moderasi beragama. Kehadiran Gus Yahya sebagai pemimpin yang visioner menjadi energi baru bagi seluruh pengurus untuk terus mengembangkan NU sebagai organisasi keagamaan yang inklusif, progresif, dan berdampak bagi masyarakat luas.